Saya mencium aromanya dari jauh. Harum. Pekat. Seperti bau kopi yang baru ditumbuk.
Itu Kopi AAA — kopi bubuk cap AAA dari Jambi. Diproduksi sejak 1966 oleh CV NEFO. Sudah lebih dari setengah abad.
Kopinya bukan arabika. Bukan robusta. Tapi liberika. Jarang-jarang. Kadar kafeinnya rendah. Tidak asam. Hitamnya pekat. Pahitnya kuat. Dan wangi sekali.
Biji kopi liberika yang dipakai pun varietas ekselsa. Ini lebih jarang lagi. Di Indonesia, hanya sedikit tempat yang menanamnya. Di Jambi, ekselsa ini sudah jadi andalan sejak zaman dulu.
Direkturnya, Bapak Hidayat. Ia yang menjaga kualitas kopi ini sejak awal. Tidak ada satu kemasan pun yang keluar dari pabrik tanpa ia cek. “Konsumen harus diperlakukan seperti keluarga,” katanya suatu kali.
CV Nefo AAA yang ia kelola pun berkembang. Memberi pekerjaan. Memberdayakan. Membangkitkan semangat berwirausaha di Jambi.
Tapi hidup tidak selalu mulus. Tahun 2021, pabrik mereka di kawasan Simpang Gado-Gado, Selincah, terbakar. Hangus. Banyak yang hilang.
Tapi semangatnya tidak ikut terbakar.
Seperti rasa kopinya: pahit, tapi harum.
Seperti hidup: jatuh, tapi bangkit.
Follow Instagram @dickyrinaldo